Bagi masyarakat Riau, terlebih masyarakat yang berada di kabupaten Indragiri Hulu dan kabupaten Indragiri Hilir pasti sudah tidak asing lagi dengan nama negeri ini.
Mulai dari mitos bahwa pada zaman dahulu penduduknya bisa menjadi manusia harimau sampai dengan sumber daya alamnya terutama perairan dan pertaniannya yang berlimpah.
Ikan patin sungai atau ikan patin kuning yang harganya mencapai ratusan ribu rupiah perkilonya berasal dari sungai indragiri yang mengalir membelah negeri ini. Berat ikan ini pun bisa mencapai puluhan kilogram perekornya.
Ditambah dengan keberadaan ikan- ikan lain seperti ikan selais, ikan toman dan udang cukup menarik minat para angler (pemancing) yang berasal dari berbagai daerah untuk menyalurkan hobinya disepanjang aliran sungai dan rawa yang membentang di negeri ini.
Mereka rela berpanas- panas seharian dan mengeluarkan sedikit biaya untuk menyewa pompong dan sampan milik warga atau melalui penyedia jasa sewa pompong dan sampan.
Dengan membayar Rp. 30.000 ,- untuk sampan dan Rp. 100.000 ,- untuk pompong anda sudah dapat menyusuri aliran sungai indragiri untuk mencari titik- titik spot dimana target ikan atau udang tampak dan diperkirakan ada.
Dari sumber daya pertanian, negeri ini dikenal sebagai daerah lumbung padi kabupaten Indragiri Hulu dengan luas lahan sawah 1.926,25 ha dengan sistem pengelolahan bergantung pada pasang surut sungai Indragiri (Kecamatan Kuala Cenaku Dalam Angka 2018). Dan ada juga Nenas Madu dari desa Suka Jadi sangat cocok untuk dijadikan oleh- oleh bila anda berkunjung ke Kuala Cenaku.
Secara administratif Kuala Cenaku berada di wilayah kabupaten Indragiri Hulu. berbatasan sebelah utara dengan kabupaten Pelalawan, sebelah selatan dengan kecamatan Seberida, sebelah timur dengan kabupaten Indragiri Hilir, dan di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Rengat yang sebelumnya merupakan kecamatan induk sebelum Kuala Cenaku dimekarkan pada tahun 2006.
Jumlah Penduduk Kecamatan Kuala Cenaku adalah 13.518 jiwa (2017) yang tersebar di 10 desa, yaitu Desa Kuala Cenaku, Desa Kuala Mulia, Desa Pulau Gelang, Desa Tambak, Desa Tanjung Sari, Desa Pulau Jum'at, Desa Teluk Sungkai, Desa Suka Jadi, Desa Rawa Sekip, dan Desa Rawa Asri.
|
Sumber Gambar : Mongabay.co.id |
Asal Muasal
Hingga saat ini tidak ditemukan Prasasti, literatur, atau naskah- naskah kuno yang bisa dijadikan rujukan untuk mengetahui asal muasal nama Kuala Cenaku. Bahkan Mbah Google yang katanya serba tahu tidak dapat menampilkan hasil yang cukup memuaskan ketika saya mengetikkan kata kunci asal muasal nama Kuala Cenaku.
Asal muasal Kuala Cenaku hanya kita dengar dari cerita mulut ke mulut para tetua seperti yang disampaikan salah seseorang sesepuh Kuala Cenaku yang Saya temui beberapa waktu yang lalu.
Menurutnya ada dua kata yang dapat dijadikan rujukan pada nama Cenaku yang kita kenal sekarang. Kata pertama yaitu
Cinaku dan kata yang kedua adalah
Canaku. Dua kata ini saling berkaitan namun berbeda versi pada jalan ceritanya.
Versi pertama dari kata Cinaku
Dahulu, ada seorang saudagar kaya raya keturunan Cina yang tinggal di negeri ini. Penduduk pribumi menjual hasil pertanian dan perikanannya kepada saudagar kaya raya ini.
Setiap kali penduduk pribumi datang menjual barang miliknya, saudagar ini memperlakukan mereka secara baik. Mereka di jamu dengan makanan dan minuman yang serba enak dan diberi pakaian yang indah- indah. Tentu saja perlakuan ini membuat mereka merasa bangga.
Dan saat penduduk pribumi itu kembali ke tempat asal mereka, berkumpul bersama keluarga dan teman, mereka menceritakan semua pengalaman mereka yang diperlakukan secara istimewa oleh saudagar kaya raya tersebut.
Mereka mengatakan kepada keluarga dan temannya " Itu Cina Aku " (Orang Cina itu punya Aku) seolah mengklaim bahwa saudagar itu adalah miliknya, temannya, atau keluarganya.
Versi kedua dari kata Canaku
Seperti yang saya tulis diatas bahwa kata Cinaku dan Canaku itu saling berkaitan namun berbeda versi pada alur ceritanya.
Jika pada versi pertama penduduk pribumi dengan bangga mengklaim sang saudagar "Itu Cina Aku" maka pada versi kedua justru Sang Saudagar- lah yang mengklaim bahwa penduduk pribumi itu sebagai " Can Aku " (Orang ini Can Aku). Can berarti peluang atau kesempatan untuk meraih keuntungan.
Perlakuan istimewa yang diberikan kepada penduduk pribumi hanyalah sebuah strategi bisnis sang saudagar agar para penduduk pribumi tidak menjual hasil pertanian dan perikanannya kepada orang lain.
Ada juga yang menghubungkan bahwa kata Cenaku adalah Cindaku.
Cindaku adalah makhluk setengah manusia dan setengah harimau yang berasal dari lereng gunung Kerinci, Jambi. Tugas dari makhluk ini adalah untuk menjaga hubungan manusia dengan harimau yang sudah sejak lama tidak akur.
Cerita tentang keberadaan makhluk ini di Kuala Cenaku masih terdengar ketika saya masih kecil. Tapi orang- orang tua kami dulu tidak lagi menyebutnya Cindaku tetapi adalah "Oghang Kinci" (Orang Kerinci). Sebutan ini biasanya digunakan untuk menakut- nakuti anaknya bila masih berkeliaran diluar rumah ketika waktu maghrib tiba.
Baca juga
Misteri Cindaku, manusia harimau dari kerinci yang akan membuatmu was- was
Demikianlah kira- kira asal asul kata Cenaku (sebagian orang masih menyebutnya Cinaku) yang kita kenal sekarang.
Sedangkan kata Kuala menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tempat bertemunya sungai dengan sungai. Dan negeri ini adalah tempat bertemunya Sungai Indragiri dan Sungai Cenaku.
Syair lagu daerah Indragiri Hulu yang berbunyi :
"Bukan Cerita Rakyat Belaka Kuala Cenaku Bersimpang Tiga"
Mungkin, merujuk pada persimpangantiga tempat bertemunya sungai ini. Satu sungai bernama Sungai Cenaku yang berhulu ke daerah Batang Cenaku hingga Propinsi Jambi, Kemudian Sungai Indragiri yang berhulu jauh ke Kuantan hingga Ombilin Provinsi Sumatra Barat, dan yang satunya mengarah ke Kabupaten Indragiri Hilir hingga Laut Cina Selatan.
Wallahu A'lam Bish- Showab.